MENGENALI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
ANAK
Setiap orang tua pasti menginginkan sutu perkembangan yang
baik dalam fase hidup anak-anaknya, baik berupa fisik maupun kejiwaan. Memang
secara tampilan, perkembangan fisik terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan
kejiwaan. Bahkan terkadang kita perlu lebih awas dalam memperhatikan
perkembangan kejiwaan anak karena nantinya hal tersebut akan berhubungan dengan
pembentukan identitas diri dan kepribadian anak tersebut. Lebih lanjut, kita
akan mendiskusikan mengenai perkembangan kejiwaan anak secara detil , khususnya
usia anak pra sekolah (mulai dari usia 4 tahun) sampai dengan masa sekolah
(usia 12 tahun / sebelum pubertas).
Konsep Diri
Konsep Diri
Pada usia 4 tahun, anak-anak berusaha mendefinisikan dirinya
menjadi lebih komprehensif sebagaimana mereka mulai mengidentifikasikan
sekelompok karakteristik untuk menggambarkan dirinya masing-masing. Umumnya,
mereka lebih banyak bercerita tentang hal konkret, perilaku yang diamati,
karakteristik eksternal seperti penampilan fisik, kesenangan, kepemilikan, dan
anggota keluarga yang tinggal serumah. Mereka juga akan menggambarkan dirinya
seringkali dengan apa yang mereka pikirkan mengenai dirinya sendiri, nyaris tak
dapat dipisahkan dari apa yang mereka lakukan sehari-hari. Berikut ini, analisis
dilakukan berdasarkan neo Piaget yang dapat menggambarkan perkembangan
anak-anak dalam 3 tahap, dimana perkembangan tersebut membentuk peningkatan
yang berkelanjutan, yaitu:
Tahap I : Pada usia 4 tahun, anak-anak menyatakan dirinya
sendiri adalah representasi tunggal dimana hanya mencakup satu dimensi saja.
Pemikiran mereka seringkali berpindah-pindah dari satu hal ke hal lainnya ,
tanpa terhubung secara logis. Pada tahap ini, ia tidak dapat membayangkan bahwa
ia memiliki dua emosi pada waktu yang sama karena dasar pemikirannya adalah all
or nothing.
Tahap II : Berlanjut pada usia 5 sampai 7 tahun dimana
anak-anak mulai menghubungkan satu aspek dari dirinya dengan hal lain. Mereka
melakukan pemetaan representasi dengan membentuk hubungan antara bagian dari
pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri – masih diekspresikan dalam hal
positif, yaitu all or nothing. Oleh karena baik dan buruk itu berlawanan, maka
mereka tidak melihat bagaimana mereka bisa baik dalam beberapa hal dan tidak
pada hal lainnya.
Tahap III : Terjadi pada usia sekolah (7 – 12 tahun), dimana anak-anak mulai melakukan sistem representasi. Mereka mulai mengintegrasikan hal-hal yang spesifik ke dalam hal-hal general (konsep multidimensi). Di sisi lain, konsep pemikiran all or nothing semakin berkurang dan penggambaran diri anak menjadi lebih seimbang.
Tahap III : Terjadi pada usia sekolah (7 – 12 tahun), dimana anak-anak mulai melakukan sistem representasi. Mereka mulai mengintegrasikan hal-hal yang spesifik ke dalam hal-hal general (konsep multidimensi). Di sisi lain, konsep pemikiran all or nothing semakin berkurang dan penggambaran diri anak menjadi lebih seimbang.
Memahami Emosi Anak
Anak-anak mengetahui sesuatu mengenai perasaan mereka tetapi
mereka harus banyak belajar. Oleh karena itu, dengan memahami emosi mereka
sendiri akan membantu anak-anak untuk mengontrol cara mereka menunjukkan
perasaannya dan menjadi sensitif terhadap perasaan orang lain. Permasalahan
yang muncul menjadi dua dimensi, yaitu kualitas emosi dan target di depan yang
dituju. Penelitian Harte & Buddin, 1987, menyatakan bahwa anak-anak secara
bertahap mendapatkan suatu pengertian mengenai emosi secara simultan antara
usia 4 sampai 12 tahun (Harter, 1996) sebagaimana mereka bergerak melalui 5
level perkembangan, yaitu:
Level 0 : Pada awalnya, anak-anak tidak mengerti bahwa perasaan dapat muncul secara bersamaan pada waktu yang sama. Anak-anak yang berada pada tahap representasi tunggal dapat berkata, “Kamu tidak bisa memiliki dua perasaan pada waktu yang sama karena kamu hanya memiliki satu pikiran!”
Level 0 : Pada awalnya, anak-anak tidak mengerti bahwa perasaan dapat muncul secara bersamaan pada waktu yang sama. Anak-anak yang berada pada tahap representasi tunggal dapat berkata, “Kamu tidak bisa memiliki dua perasaan pada waktu yang sama karena kamu hanya memiliki satu pikiran!”
Level 1 : Anak-anak mulai mengenmbangkan kategori yang
berbeda – emosi positif dan negatif – dan dapat membedakan emosi dalam setiap
kategori, seperti senang dan bahagia, atau marah dan sedih. Mereka dapat
menyadari keberadaan dua emosi pada waktu yang bersamaan tetapi hanya jika keduanya
positif atau negatif serta terarah pada target yang sama. Anak pada level ini
tidak dapat mengerti kemungkinan merasakan emosi simultan dalam menghadapi dua
orang yang berbeda atau merasakan emosi yang berbeda pada orang yang sama.
Level 2 : Anak mampu dalam pemetaan representasi dimana
dapat menyadari dirnya memiliki dua perasaan yang terarah pada target yang
berbeda. Tetapi mereka tetap saja tidak dapat mengalami dirinya memiliki perasaan-perasaan
yang berbeda.
Level 3: Anak yang telah mengembangkan sistem
representasidapat mengintegrasikan emosi positif dan negatif. Mereka mulai
dapat mengerti bahwa mereka bisa memiliki perasaan yang berbeda pada waktu yang
sama, tetapi hanya jika terarah pada target yang berbeda sehingga mereka tidak
dapat menyadari dirinya memiliki perasaan positif dan negatif terhadap
keduanya.
Level 4 : Anak-anak dapat menggambarkan perasaan-perasaan yang berbeda terhadap target yang sama.
Level 4 : Anak-anak dapat menggambarkan perasaan-perasaan yang berbeda terhadap target yang sama.
Perkembangan Psikososial
Selain konsep diri dan perkembangan emosi, kita juga dapat
melihat dari perkembangan psikososial. Dari berbagai ahli yang menyusun teori
tentang tingkat perkembangan anak, Erick Erickson adalah salah satu ahli yang
mengkhususkan diri dalam perkembangan kejiwaan sosial manusia. Ia mengembangkan
teorinya dengan membuat delapan tahap psikososial yang mencakup seluruh rentang
kehidupan, meneliti perkembangan identitas, dan mengembangkan metode yang
berbeda dari seting psikoanalitik terstruktur yang digunakan dengan orang
dewasa. Tiap tahapan ini dibangun berdasarkan tahap sebelumnya dan mempengaruhi
pembentukan tahap yang berikutnya.
Penitikberatan teori Erickson sendiri terletak pada
pencarian identitas. Identitas adalah pemahaman dan penerimaan diri dan
masyarakat. Sepanjang hidup kita akan bertanya “Siapakah saya?” dan merangkai
jawaban berbeda pada setiap tahap. Begitu juga masalah identitas selalu mmuncul
sepanjang hidup manusia walaupun dalam skala yang amat kecil.
Bila dilihat dari range usianya khususnya usia 4 sampai 12 tahun, maka dalam tahapan psikososial Erickson dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila dilihat dari range usianya khususnya usia 4 sampai 12 tahun, maka dalam tahapan psikososial Erickson dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahap 3 ; Initiative Vs Guilt
Ketika seorang anak berada pada usia 4 sampai 5 tahun,
mereka mulai belajar dari orang-orang di sekelilingnya. Mereka mengenali orang
tua mereka sebagai sosok yang berkuasa dan kuat. Mereka juga mencontoh apa yang
dilakukan orang tuanya. Kemampuan berinisiatif dalam mengambil keputusan untuk
mencapai target dan kompetisi juga mulai timbul dalam pikiran mereka. Hal ini
didukung oleh kemajuan alat gerak, bahasa, kognisi, dan kreatifitas. Apabila mereka
bisa memecahkan suatu masalah, maka inisiatif akan timbul dalam diri anak
tersebut sedangkan apabila sebaliknya maka akan timbul perasaan bersalah. Pada
tahap ini, anak telah belajar bahwa ia harus bekerja keras untuk mencapai
tujuannya (Wrightsman, 1994).
Tahap 4 ; Industry Vs Inferiority
Tahap 4 ; Industry Vs Inferiority
Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun samapai mereka memasuki
masa pubertas, dimana pada usia ini mereka mulai sekolah dan menjadi ahapan
yang lebih besar bagi pengetahuan dan pekerjaan mereka. Mereka mulai memasuki
tahapan baru dimana mereka mulai diperkenalkan dengan sistem pendidikan formal
dan teknologi baru yang digunakan dalam kegiatan sekolah. Apabila seseorang
bisa melalui tahapan ini maka akan timbul sense of industry, seperti perasaan
mampu dan menguasai sesuatu. Sedangkan apabila gagal maka akan mucul perasaan
ketidakcukupan dan rendah diri.
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang dipaparkan sebelumnya, maka
orang tua memang perlu memperhatikan perkembangan kejiwaan anak semenjak dini.
Dengan begitu, maka setelah dewasa nanati, anak tersebut akan menjadi sosok
yang dewasa dan tangguh dalam menghadapi setiap permasalahan sehingga kejadian
seperti bunuh diri, depresi, dll dapat terhindari.
Selamat Hari Parheheon Sekolah Minggu HKBP Semper semoga Anak-Anak Sekolah Minggu semakin kokoh dan tangguh baik secara pemikiran maupun kejiwaannya. Tuhan Memberkati.
Daftar Pustaka
Selamat Hari Parheheon Sekolah Minggu HKBP Semper semoga Anak-Anak Sekolah Minggu semakin kokoh dan tangguh baik secara pemikiran maupun kejiwaannya. Tuhan Memberkati.
Daftar Pustaka
Papalia, Diane E, et al. 2001. Human Development. New York:
McGrw-Hill
Wrightsman, Lawrence S. 1994. Adult Personality Development.
California: Sage Publications.A
Tags: Setiap orang tua pasti menginginkan sutu perkembangan yang baik dalam fase hidup anak-anaknya, baik berupa fisik maupun kejiwaan. Memang secara tampilan, perkembangan fisik terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan kejiwaan.